Hari-hari memang cepat sekali
berganti. Nggak kerasa sekarang blog ini sudah 4 tahun dan tanpa peningkatan
apapun. Its ok. Nggak kerasa sekarang masa- masa SMA yang ‘katanya’ super asik
makin terkubur dalam ingatan ‘saja’. Dan nggak kerasa teman-teman kita hidupnya
udah naik level jauh diatas kita. Ouch..
Tapi saya tidak akan membahas masalah
level hidup saya yang sedang ‘stuck’ gini-gini doang, karna itu nggak akan ada
habisnya. Sedikit pesan buat kalian yang mungkin merasakan hal yang sama, saya
ingetin.. hidup aja udah anugrah, apalagi kelima indranya komplit dan berfungsi
dengan baik, itu anugrah ++. Sukuri. Masalah? Ya, semua orang punya masalah…
coba deh kalian berhenti sejenak, dan melihat sekeliling. Kalo emang masalahnya
sulit diselesaikan, lupain sejenak dan lakukan apa yang bisa kalian lakukan
saat itu. ‘Trust me, it works’
*pamer otot, *salah iklan
*pamer otot, *salah iklan
Katanya sih untuk jadi penulis yang
baik harus menyampaikan pesan positif di setiap tulisannya. Itu tadi pesannya,
walaupun rada-rada nggak nyambung.
Oke, ‘so… hay again, first post on
April’ ya. Awal bulan ini saya disodori
oleh nasib-nasib yang sangat tidak menentu, beasiswa terhambat. Bahkan
akomodasi buat kuiahpun sulit. Untungnya masih ada temen-teman baik di
Palembang yang senantiasa membantu saya menjalani program irit. yup.. hari
libur, lagi-lagi numpang tidur numpang makan di rumah teman. Uhuk uhuk…
Ngomong-ngomong soal temen yang baik
hatinya (ehmm ehm), kemaren kami sempat reuni dan ngumpul ngumpul sama salah
satu temen yang sekarang sudah jadi polisi. Wow! Dia ini dulunya (dan mungkin
sekarang masih sedikit) jadi part paling asik di antara kami. Pusat perhatian,
buat dipermainkan. Hahaha.. tapi masih dalam level normal kok, sesama teman.
Namanya Ahmad Kurdi Pratama. Baca artikel D’cupuz.
Saya inget sekali dulu dia yang
berbadan kurus tinggi bagai tulang berlapis kulit saja. Bayangkan, dulu saat
tinggi saya 162cm dengan berat 51 kg, dia sudah 178cm, namun dengan berat badan
yang sayangnya ‘dibawah’ saya. Apa itu? Dan ketika saya melihatnya lagi
kemarin… otot, semuanya otot. Kalo itu photo, pasti saya mengira itu adalah
photoshop.
Jadi waktu itu adalah hari sabtu,
sebagai pengayom teman yang baik… pak polisi ini mentraktir kami semua makan
steak. Sebenernya saya agak gimana gitu, steak itu Cuma daging doing, dan itu
mahal. Untung yang ini gratis. Ehm, sebenernya… ini hari pertama sayamakan
steak. Menu steaknya.. kertas hitam, nama kerennya “black paper”. Apaan lah itu.
Hal pertama yang saya pelajari, wadah
tempat steak itu panas, kayak dipanggang di tempat aja steaknya. Saya pegang?
Iya. 2 kali. Tangan? Agak merah-merah dikit. Malunya yang nggak tahan. Hal
kedua, steaknya juga panas. Dan kalo mau nunggu dingin harus dikipasin selama
seminggu. Jadi makannya harus sedikit-sedikit. Saya? Sekali banyak. Lidah?
Prcaya apa enggak, jadi sariawan dan itu sampai sekarang.
Saya nggak ngerti kenapa orang-orang
suka makan disini. Ini sih menurut saya bukan makan, tapi nyemil. Mana nggak
ada minumnya lagi, harus beli minum lagi yang harganya juga nggak murah. Namun
lagi-lagi, untungnya ini gratis.
Saya jadi membayangkan kalo setiap
harinya saya makan makanan ini. Kira-kira apa yang akan terjadi? Coba fikir,
kalo saya yang setiap harinya makan sebakul nasi (atau mungkin lebih) ini, dan
ditambah lauknya juga memiliki berat badan 56 kg. makan daging sepotong ini
mungkin akan membuat saya…. Ah sudahlah.
Tapi satu hal yang paling saya sukuri
dari pertemuan steak ini adaah teman-teman yang selalu ada untuk saya. Mungkin
saya tidak menyadari selama ini, namun mereka memang sudah menjadi bagian besar
dari hidup saya.
Kondisi yang seperti ini membuat saya
selalu bersukur akan apa yang saya miliki dihadapan saya. Melupakan
kejadian-kejadian berat yang telah menimpa. Membuang kenangan-kenangan
kesedihan yang sebenarnya tidak begitu penting. Dan perlahan… melupakan pop ice
mangga.
Wooooooowww!!!! Yeeaaahhhhhh…
0 comments:
Post a Comment
at least, tell me your name to respond your coments, thanks.