*cerita ini hanya fiktif dan
rekayasa. Buat pengunjung silahkan baca, tapi jangan terlalu dinikmatin nanti
mati keracunan karna ceritanya terlalu ASIN.
Siang ini saya libur karna nggak
ada jadwal kuliah hari sabtu. Libur tidak selalu menyenangkan, karna saat libur
berarti saya harus nyari makan siang diluar kampus. Nggak enaknya, Cuma
dikampus yang saya tau jual nasi ayam Rp. 7.000,-. Maksi diluar kampus berarti
ngeluarin duit lebih. Ahhh... mulai kerasa asin nih mulut.
Untuk menghemat uang dari saku
saya yang miskin ini, saya memutuskan untuk tidak makan. *tidak makan batu...
*tidak makan kayu... tapi tetep makan sesuatu yang lazim dimakan. (sama aja
boong nggak sih?). saya bener-bener mutusin untuk ngirit kok, tapi tetep makan.
Bedanya saya milih makan yang ringan-ringan aja. *ringan=murah. Makan model.
Saya berjalan menuju tempat
pembelian model yang ada dideket kost. Sesampainya di tempat tersebut saya
langsung disambut oleh seorang gadis manis yang tampanya sedikit asin. Dia
bilang, “pesen apa kak?” aduh, saya jadi berasa tua nih, saya jadi ingin sadar
kalau sekarang saya sudah beranjak dewasa. Baru ingin. Saya menjawab ‘model’
dengan singkat, sambil mengelap keringat di bagian atas bibir saya dengan
tangan. Cuih, asin.
Hari ini saya banyak berurusan
dengan hal yang asin- asin. Dari mulai pagi tadi yang keasinan dan nggak jadi
kepasar, sampe asin ini yang harus makan model demi ngirit. (asin ama siang
bedanya jauh nggak sih?) trus ketemu penjual model yang tampang imutnya jadi
asin, mungkin belum mandi dari pagi (sama kayak saya dong). Dan....
Nahh, modelnya dateng nih...
ssrrruuputtt..
Aaaarrrrrgghhhhh.
Aaaassssiiinnnnn! Modelnya asin abis, mau minta ganti tapi nanti dimintain duit
lebih. Perut udah keroncongan, tersepak dehhh saya makan ini benda asinnn.
Sambil memejamkan mata dan mengucap seribu doa. Ini demi hidup. Glegg.
Sesampainya di rumah kost saya
langsung minum air segalon buat ngilangin asin. Tapi seberapapun kok masi
terasa asin yah? Hampir semua benda yang terlihat menjadi seperti garam. Bahkan
runah kost ini terlihat bagai gumpalan garam yang besar. Mandi dengan air
garam, duduk diatas garam, tidur berselimutkan garam, hujan! Garammm...
Sial! Apa ini? Trauma asinkah?
Saya mencoba datang ke dokter tapi dia malah menyuruh saya mendorong hingga
keluar. Setelah saya selidiki ternyata dokter tersebut adalah dokter kandungan.
Saya mencoba beralih meminta saran pada mahasiswa psikiater, tapi dia menyuruh
saya menghadapi semua masalah dan menuntaskan belenggu hidup. Nggak nyambung
kaleeee..
Saya mencoba bermeditasi untuk
menenangkan diri dan pikiran, namun ketika saya membuka mata bahkan tubuh saya
pun terlihat bagai kristal garam. Saya mencoba berendam di air, mengingat kalau
garam itu larut dalam air. Yapi apa yang terjadi? Air pun terlihat bagai
garammm. Saya hampir menyerah dengan keadaan ini, namun sebuah kejadian ajaib
menyelamatkan saya.
Saat saya sedang duduk meratapi
nasib di teras, Sesosok wanita cantik berjalan tepat dihadapan saya. Dengan
tanktop dan rok mini, mulus tanpa ada cacat barang secuil. Mata ini bahkan tak
tega jika harus melihatnya sebagai garam. Dan kemudian semua berubah tanpa
garam. Semuanya terlihat bagai..... tubuhnya.
#astagfirullahaladzim....
0 comments:
Post a Comment
at least, tell me your name to respond your coments, thanks.