Pada
dasarnya, pendidikan digunakan untuk mendasari bakat yang dimiliki oleh
masing-masing peserta didik. Gunanya, untuk merangsang kreatifitas yang
nantinya diharapkan menjadi keahlian yang dimiliki oleh individu-individu atau
kelompok terdidik. Tolong koreksi jika opini saya salah, atau lebih tepatnya
bertentangan dengan opini anda.
Doktrin
teori, pemaksaan kerja otak ontuk melakukan hal-hal yang sebenarnya kurang
perlu, menjadikan hasil didikan yang miskin keahlian. Akhirnya, selesai belajar
individu terdidik malah bingung dan memilih belajar lagi ilmu-ilmu persaingan
praktis. Sungguh malang suatu bangsa, yang sibuk dengan teori, dan malah miskin
ahli.
guru
tidak harus pintar, iya. Sejatinya guru hanya harus sesuai dengan tempatnya.
Tugas utamanya bukan mengajarkan semua hal-hal yang tidak berguna, tapi mencari
bakat… dan merangsang otak untuk tertarik, dan bekerja secara intensif pada
bakat yang dimiliki. Memang penting berpengetahuan luas, tapi tidak akan
apa-apa jika kita tidak mengetahui semua hal. Sejarah bertambah, namun ukuran
otak manusia tetap saja volumenya.
Harus
ada yang dirubah, harus ada yang mau memulai secara terorganisir. Menurut saya,
tempat yang tepat untuk memulai semua ini, ya Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
Jika
saja, ada organisasi resmi yang bertujuan jelas, dan memiliki kapabilitas untuk
mengubah sistem pendidikan di negri ini. Tempat yang paling tepat tentu saja
FKIP. Saya tidak mengatakan bahwa fakultas lain tidak memiliki kapabilitas yang
cukup, tapi jika di piker-pikir lagi, FKIP yang paling cocok.
Dengan
adanya organisasi yang dimulai sejak jenjang mahasiswa, diharapkan semangat
yang dimiliki akan tertanam kuat saat sudah terjun kelapangan. Memang tidak
semudah yang saya katakana, tapi (maaf) menurut saya… itu memang sudah tugas
kalian (atau kita) yang dari awal menempatkan diri sebagai orang yang siap
mendidik.
Selain jajaran staff pendidik, peran
yang lebih penting harusnya ditanggung oleh mereka yang bertengger diatas sana.
Mereka yang berdasi kemudian menghujani peserta didik dengan kurikulum berbasis
“pembeku otak”. Membuat masing-masing peserta didik belajar untuk memenuhi
kewajiban, bukannya bersenang-senang dengan ilmu pengetahuan.
Lulus cepat memang sudah pasti
menjadi salah satu target, tapi bukan itu tujuannya. Sejauh apapun kita
melangkah, jangan pernah lupakan untuk memberi kesan pada tujuan utama, agar
hal tersebut selalu diingat. Saat ini, peserta didik datang kesekolah untuk
menjawab soal ujian, untuk menuntaskan kewajiban absen, untuk nilai.
Peserta didik harusnya datang kesekolah untuk
belajar, untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahuinya, untuk menuntaskan
jawaban yang belum ditemukan, atau untuk mendapat masalah yang digunakan untuk
mengembangkan kreatifitasnya dirumah. ITU. (some of three idiots words).
Untuk kalian yang sudah enggan
peduli, untuk kalian yang mungkin masih berjuang memberi, atau kalian yang
berada dalam tekanan ini, mari sama-sama merubah cara pandang, dan sikap kita…
but even it is...
Keep studying guys…
0 comments:
Post a Comment
at least, tell me your name to respond your coments, thanks.