CHAPTER 2. PERPUSTAKAAN
Ini kisah tentang gadis remaja itu. Mari kita
kembali pada saat pertama aku mengenalnya.
4 tahun lalu. Saat aku baru pertama kali benar-benar mendapat pekerjaan sebagai seorang guru dan di panggil "Pak". Sebelumnya aku hanya mengajar di beberapa bimbel dan private. Kelas kecil. Itu pun sangat jarang mengajar murid SMA, beberapa SD dan sebagian besar murid SMP. Aku guru matematika. Walaupun jujur, aku tidak begitu menyukainya. Aku lebih menyukai membaca dan menulis.
4 tahun lalu. Saat aku baru pertama kali benar-benar mendapat pekerjaan sebagai seorang guru dan di panggil "Pak". Sebelumnya aku hanya mengajar di beberapa bimbel dan private. Kelas kecil. Itu pun sangat jarang mengajar murid SMA, beberapa SD dan sebagian besar murid SMP. Aku guru matematika. Walaupun jujur, aku tidak begitu menyukainya. Aku lebih menyukai membaca dan menulis.
Itulah yang menjadi masalah. Mengatasi anak SMA
tidak semudah kelihatannya. Singkatnya, hari itu adalah hari yang buruk. Aku
memutuskan mengurung diri di perpustakaan saat jam pulang sekolah. Membaca
novel-novel yang mampu mengalihkan perhatianku. Dan tanpa aku sadari, sore hari
datang.
Di sanalah, sesaat sebelum memulai langkahku
untuk keluar perpustakaan. Aku melihat gadis remaja itu. Bunga yang baru akan
mekar. Ia duduk di pojok ruangan menghadap jendela keluar. Melihat ke arah
lapangan basket. Banyak anak-anak sedang latihan ekstrakulikuler bermain bola
basket.
Wajahnya merekah merah ke kuningan di terpa
sinar mentari sore. Matanya mungkin mengarah ke luar.. Tapi aku tau pikirannya
jauh. Gadis belia itu seolah jauh lebih dewasa dari usia seharusnya. Aku pun agaknya
jadi lebih muda dari kelihatannya. Berdiri tegak di situ memperhatikan seorang
gadis. Untungnya, tak ada yg memperhatikanku.
Aku mendekatkan diri dan berdiri di
belakangnya. Ikut memperhatikan ke arah luar jendela. Tak ada yang
menarik.
"watching
for your special one?1 " kataku sambil terus menilik
jendela saat dia menoleh ke arahku.
" how about you sir, watching someone special?"2 katanya sambil menatap tajam ke arahku dan menyipitkan mata.
Aku tersenyum dan menolehkan wajahku padanya
pula." No. I'm just watching you."3
kupikir itu akan membuat dia merasa malu2 ala remaja tanggung.
Tapi kemudian ia hanya berpaling lagi, menoleh
ke arah luar. "i'm just watching you
too… sir."4 jawabnya santai.
Aku mengangkat alis sebelah kiri dan mengerutkan
kening. Heran. Kemudian dia menunjuk ke arah jendela. "see"5 katanya. Aku masih
tidak mengerti.
"walaupun samar. Aku masih bisa melihat
pantulan bayanganmu dari kaca itu" katanya masih sambil menunjuk kaca
jendela. Oww aku mengerti. Memang masih terlihat samar bayangan kami di
sana.
"aku melihatmu sejak tadi. Stress karena
kelas pertamamu" katanya sambil menoleh lagi menatapku dengan senyum
kemenangan.
"aaaaahhh" kataku sambil menepak dahi
kemudian tertawa ringan.
She got me.6
Bersambung...
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete