di
sini, di bawah taburan bintang dan langit yang meluap-luapkan keagungan-Nya.
Aku terduduk... Termenung menyadari betapa kecilnya diri ini. Siapa aku ini.
Merasa rendah diantara gunung-gunung perasaan yang kini kian menjulang tinggi.
Menjulang tinggi padanya yang saat ini duduk disampingku memberikan senyum
indahnya, entah dia tau atau tidak betapa aku nyaman disampingnya. Betapa aku
ingin selalu bersamanya.
Jika
saja, dia tau sesering apa aku mencuri waktu untuk sedikit merasakan hangat
hembusan nafasnya. Memandangnya sedikit lebih lama, binar matanya bulat merona.
Membuatku masuk dan masuk lebih dalam kealam bawah sadarku. Jauh.. Jauh
kedalam. Oh... betapa aku memaksakan lidah ini meng-kaku. Menahan -aku
menyukaimu- untuk lebih lama lagi, lagi, dan lagi.
Sepenuhnya
aku menyadari, peluang yang kumiliki tak lebih dari satu banding ribuan, atau
jutaan. Namun selayaknya perasaan yang kerap kali membangkang pada fakta. Aku
masih saja -dan mungkin akan terus selalu- menyukainya. Menyukaimu.
Semua
canda tawa, kata manja atau bahkaan -hanya sekedar- lirik mata yang terlihat
biasa. Membuatku melayang... Kau, candu nyata yang hadir dalam hidupku,
melebihi rokok yang bahkan tak mempan padaku, melebihi sambal yang tak pernah
menjerakanku. meledakkan seluruh rasa ini meninggi, merona, mekar, lalu
hilang... Ya. Lalu hilang.
Lagi,
dia tersenyum lagi dan sedikit menoleh padaku. Aku senang, aku senang melihat
dia senang.
kala
itulah, kala itulah aku memberanikan diri memandang matanya tepat saat dia
memandang juga padaku. Biarkan, rasa ini mengalir dua arah. Rasakan, apa yang
saat ini bergejolak di dalam dadaku, semua ini untukmu. Semua ini karenamu.
Karenanya. Entah aku bicara pada siapa.
Perlahan
ku genggam tangannya, tak lepas pandangku. Terus genggamanku merekat dan rekat
dan rapat. Lalu kami... Kemudian kami... Dan... Kamipun tertawa lepas bersama.
Kembali memandang indahnya langit.
Menyadari,
betapa kecilnya kami dan kisah ini. Mensyukuri apapun yang saat ini telah dan
tengah terjadi. Ya, kami hanyalah dua insan kecil yang tak mampu melawan
semesta yang -mungkin- tak menginginkan kami terus bersama. Namun cukup untuk
saat ini, aku -dan kuharap juga dia- bahagia.
0 comments:
Post a Comment
at least, tell me your name to respond your coments, thanks.