Aku berdiri di ujung tebing. Mencari
ujung dunia di balik cakrawala. Melihat di kejauhan tempat mentari mulai
terbenam. Di bawah tebing sudah mulai dirayapi gelap. Perlahan namun pasti
gelap itu merayap dan menggapai ke arahku juga. Disini, di atas tebing.
Tercatat sudah 63 hari aku melakukan
perjalanan entah dari mana menuju kemana. Setiap malam diisi dengan langit yang
penuh bintang dan setiap siang adalah cerahnya mentari. Dua bulan lebih... aku
tak melihat hujan atau kekeringan. Tidak ada hewan kecuali badak, serigala, dan
kelinci. Kelinci, yang sangat mudah di temukan dan menjadi makanan favoritku
beberapa hari ini. Jika aku tidak menemukan jenis tumbuhan yang bisa di makan,
maka kelinci siap mengisi perut lapar.
Aku menyiapkan tempat tidur di atas
tanah yang memiliki rerumputan kering di atasnya. Sambil duduk santai bersandar
pohon kering yang telah tumbang, aku memandang ke arah korek zippo milikku dan
api unggun yang cukup hangat di hadapanku. Zipp… zipp.. tanganku sambil
memainkan korek itu tanpa benar-benar menyalakannya. Pandanganku mulai
teralihkan pada malam cerah yang lagi-lagi bertabur bintang. Sebab aku juga
tidak tau arah… maka bintang pula yang menjadi satu-satunya patokan disetiap
perjalananku.
Sebelum tidur selalu aku sempatkan
mengisi buku catatanku. Sebuah log kecil tentang perjalanan setiap harinya. Hari
ke – 63. Tidak terjadi apapun dan aku mulai bosan.
0 comments:
Post a Comment
at least, tell me your name to respond your coments, thanks.