Cinta... terkadang terasa sangat simpel. Dapat
digambarkan dengan hanya sebuah kata “indah”, atau “bahagia”. Namun terkadang...
terasa begitu rumit. Serumit perasaan yang mewakili hati-hati yang terlibat didalamnya.
Ya, kali ini saya akan bercerita tentang cinta, yang pernah terjadi antara dua
insan yang dulu belum mengerti... bagaimana cara menjaganya.
I’ve got a friend, a boy once I know the
happiest damn buddy perhaps on all over the earth... kalo cerita nggak pernah
berhenti, nggak peduli orang bosen apa nggak. Sering cerita hal-hal lucu dan
lama kelamaan sering jadi lelucon gagal yang ironosnya lebih lucu dari cerita
lucu sesungguhnya. But then... he fell in love.
Pas dia punya pacar itu dia jadi punya mode
cool yang beda-beda tipis sama mode murung. Saya nggak tau jenis kebahagiaan
macam apa itu, tapi saya tau dia mendapat masalah-masalah setelah dia memiliki
jenis hubungan yang biasa kita sebut “pacaran” ini. Ya tapi sebagai pemeran
dalam cerita, tentu saja dia dulu tidak mengakuinya.
Kekasih hati temen saya ini, yaitu temen saya
yang lain... anggota pemandu sorak (cheerleader) sekolah, yang jelas cantik
dan... you know what I mean. Kisahnya sederhana, tapi patut diceritakan dan
berlangsung cukup lama. Mereka mungkin tak mau mengakui bahwa jauh didalam
lubuk hati mereka, masih ada sedikit rasa senang dan sakit itu... kecemasan,
kecemburuan, dan kerinduan itu... makanya saya akan menceritakan mereka dari
sudut pandang saya. Here’s their good sad story.
Berawal dari beli kertas manggis, dan
berlanjut ke acara nembak di ruang kelas Bahasa Jepang. Mereka mengawali kisah
sedih ini dengan manis di tanggal 15. Sejak saat itu tanggal 15 agaknya jadi
makin spesial buat 2 anak –yang dulu- alay ini, mulai deh semuanya di 15-in, anniv
aja setiap tanggal 15. Ya, artinya anniversary setiap bulan.
Di setiap kesenangan yang mereka miliki, mereka
tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang sebenarnya membuat mereka tidak bahagia.
Terutama saat mereka tidak bersama... si cewe telah memberikan sesuatu yang
berharga, yang membuat si cowo merasa terlalu spesial dan mau berkorban apapun
untuk itu. Si cowo, terbuai karena tidak siap untuk hubungan seperti ini. Membuat
dia menyimpan setiap keluh kesahnya sendiri. Dia lupa, kalau hubungan harusnya
berjalan dua arah.
Iya mereka melakukan hal-hal romantis. Kaya buatin
kue ultah, kasi coklat atau nemuin pernak-pernik alami seperti batu berbentuk
hati dan dijadiin jimat. But the real point of a relationship is.... mampu
bertahan ketika dalam hari-harinya tidak terjadi apa-apa. And they are not
survive. Kenapa? Karena salah satu diantara mereka terlalu muda untuk merasa
yakin, dan yang lainnya terlalu muda untuk begitu yakin. Hubungan harusnya
bertahan walau kadang berjalan sangat flat. Like nothing... tapi mereka enggak.
Masalah bermula disini... ketika si cewe mulai
bosan dengan situasi yang terjadi, dan godaanpun datang mendekat. Saat itu dia
masih terlalu bodoh untuk melihat mana yang lebih baik diantara para lelaki. Ia
terlalu congkak dan merasa tinggi diri. Meninggalkan si cowo, demi cowo lain
yang –mungkin- bikin dia seneng tapi nggak bikin dia bahagia. Si cowo sakit,
dan si cewe tetep pergi.
Iya, si cewe salah. Bukan berarti yang cowo
bener. Satu hal yang perlu kita ketahui dari si cowo ini adalah... dia nggak
pernah nuntut yang macem-macem, dan jadi terlalu manjain si cewe. Hubungan
mereka lambat-laun jadi berjalan satu arah... setiap kali bertengkar dia bakal
depresi ke pojokan kelas sambil dengerin lagu last-child. Hal seperti itu,
nggak pernah disukai siapapun termasuk temen-temennya. Setiap kali punya
masalah, selalu dia yang minta maaf, walaupun si cewe yang salah. Dan itu berlangsung
cukup lama.
Nggak ada salahnya minta maaf duluan saat
bertengkar untuk menenangkan suasana. Tapi sebagai lelaki kita harus berani
tegas mengambil keputusan. Cari cara untuk menyampaikan bagaimana yang menurut
kita benar dan memang itu benar. Pada akhirnya, meskipun kita terus berkata
iya... toh akan hancur juga.
Terpuruk dalam penyesalan, itulah yang
dirasakan si cewe karena melewatkan kesempatan bersama lelaki yang mungkin terbaik
yang pernah ia miliki. Sebuah pelajaran berharga lewat rasa sakit yang mendalam,
itulah yang didapat si cowo karena tak mampu menjadi sedikit lebih tegas dan berkontribusi
dalam komitmen yang seharusnya berjalan dua arah.
Look back and learn. Apa yang bisa kita ambil
dari kisah asmara dua alay ini. Bahwa memang terkadang manusia menginginkan
lebih dan lebih... lupa berhenti sejenak, untuk melihat apa yang kita punya dan
bersyukur karenanya. Bahwa kita harus ingat untuk menghargai diri kita sendiri,
dan tidak mudah menyerah dengan keadaan.
For I and M, semoga kisah kalian menjadi
pelajaran. Bukan untuk kembali ke masa lalu... tapi untuk menguntai masa depan
yang lebih baik.
I hope you guys are happy in your own path now
and then...
What? si cewek di pojokkan -- Bye
ReplyDeletehahah sorry sorry
Delete