Malam ini hujan lagi. Sendu.. Kesendirian. Ingin ku gapai rindu, namun tak terbesit satu namapun di hati. Apakah ini rasanya hampa?
Aku memandang sekeliling, dibaliik jendela kaca yang mulai berembun. Indah memang, tapi tidak ada tempat berbagi. Sosial media? Tak punya.. Kehidupan sosial pun tak punya. Buat apa media. Lalu perasaan makin kalut di guyur hujan yang makin deras. Apa... Apa yg harus ku lakukan di tengah badai yg tenang?
Kamar ini.. Atau ruangan, atau ruangan yang ku jadikan tempat tidur... Menjadi saksi betapa aku ingin hidup. Dan bunuh diri. Betapa aku ingin mengakhiri hidup ini. Hanya karena aku ingin lebih hidup dari hidup. Dingin mulai merambat menembus dinding tebal, lalu menyentuh ujung kuku yg mulai ngilu.. Kepalaku mulai pusing.
Aku berjalan menyusuri ruang.. Melewati satu sofa kecil, entah sofa entah apa, aku tidur di atasnya setiap saat. Terus maju perlahan menuju sedikit pojok ruangan, menggapai segelas kopi yg sudah di siapkan. Oleh siapa? Oleh aku sendiri. Aku tidak memiliki teman sekamar. Aku bahkan tidak memiliki teman.
Kembali duduk disini. Spot favorit menghadap jendela kaca. Melihat dunia. Sekali-dua kali meneguk kopi hangat, dan menghisap sebatang rokok, atau mungkin sebungkus.. Entah sebenarnya aku sudah habis berapa.
Suasana terasa tenang.. Suara jangkrik malam yang khas mulai menghiasi alam ketika hujan mulai reda. Meninggalkan aku yg makin sunyi.. Bangunan ini, bangunan ini terletak sedikit di pinggiran kota. Jadilah hiruk pikuk malam minggu tak sebegitu terasa. Ditambah hujan yang barusan saja reda. Membuat semua orang dalam kawasan ini lebih memilih memaksimalkan waktu untuk tidur dan beristirahat, ketimbang keluyuran tak tentu arah seperti dulu... Saat aku masih layak disebut gerombolan muda mudi.
Kala itu... 10 tahun silam.