Ramadhan ke 23, yap… today is my 23rd
hijriah birthday. Not a really special day though, but thank God, for all the
chance that I’ve got, and for the future I haven’t know yet. It just so
beautiful to feel the experience of life. Hope You give me more and more time so
I can fulfill my truly task as a man. Aamiin.
Awalnya sih pengen buat artikel sok-sok motivasi ala
bulan ramadhan. Tapi lagi dan lagi kesandung sama pikiran bahwa jangan-jangan
apa yang saya bilang bakal jadi nasehat buat diri sendiri di kemudian hari. Alias
diri sendiri yang belum bener dan nggak berani ngasi tau orang buat ngelakuin
yang bener juga. Sussaaahhhh
Mau nulis kisah sukses? Lah saya
sendiri belum sukses… emang sih, sukses itu adalah jalan, bukan sebuah final
suatu lomba. Tapi tetep aja kalo orang kaya saya nulis kisah sukses lah terus
yang ga sukses itu bentuknya seperti apa. Wkwkwk… udahlah, kapan-kapan aja
nunggu penghasilan bisa ngasi makan orang sekampung.
Mau nulis kisah sedih? Udah kebanyakan
kayanya, jadi ga sedih lagi. Lagian kalo dipikir-pikir kok tulisan sedih itu
mengesankan kaya saya kurang bersukur dengan pemberian Tuhan selama ini. Hahaha
jadi serba salah kan.
But
anyway… this is my birthday! I’ve gotta write somethin’. Jadi biarkan jari ini
melantunkan irama hati yang bimbang, ditengah malam yang makin dalam…
Bimbang?
Ya… begitulah hati, yang mudah dibolak balik hanya karna waktu yang berlalu. atau
kenang yang kembali datang… bahkan masa depan yang terbayang, kadang cukup
membuat hati bimbang, padahal angan belum tentu jadi kenyataan. Malang sungguh
malang…
Mau
mundur terlalu pengecut, maju tak tau malu. Sudah terlalu sering berkata tanpa
makna. Kali ini mulut bergetar tak mampu bicara. Apakah karna bimbang, atau
keyakinan yang membuatnya terlalu sulit.
Lihatlah
bulan, sudah seberapa tinggi ia, menonton jari ini gemeritik mengeja. Mencoba menunangkan
yang tak tertuang, menggambarkan keabstrakan, menata ketidak teraturan kemelut
entah harapan duka atau bahagia.
Juga
dingin yang semakin menusuk, mengejek ketidak siapan jiwa tanpa selimut atau
seutas benang rencana cadangan… yang apabila semakin dalam, akan menghancurkan
bagai kehampaan yang tak menyisakan rasa.
Namun
bukankah harus begitu? Tidakkah logika merusak asa? Dan jika beginilah adanya…
akan kubiarkan berlalu, atau meniti langkah seribu membangun pondasi. Bimbang…
pada sebuah akhir kebahagiaan.
Fiuhhhh… gitulah pokoknya. Intinya,
suatu waktu… aku padamu.
0 comments:
Post a Comment
at least, tell me your name to respond your coments, thanks.