I’m not a smokers, but I smoke
sometimes…
Kenapa saya awali tulisan ini dengan
kata-kata itu? well…
Saya
tidak pernah bohong ketika seseorang menanyakan apakah saya merokok, saya
katakana kadang-kadang. Jika mereka tanyakan apakah saya perokok, saya jawab
bukan. Tapi beberapa hal yang mengganggu saya adalah mereka yang sudah
beranggapan bahwa saya bukan perokok, dan tiba-tiba melihat saya merokok,
kemudian memandang saya dengan tatapan rendah itu. pandangan murung itu. senyum
paksaan itu. ada apa dengan semua ini!
Ini
bukan hanya terjadi satu kali. Kadang saya terbawa dan marah akan kondisi
tersebut, namun kebanyakan hanya senyuman ketir yang keluar. Serendah itukah?
Apa masalahnya? Hanya karena saya melakukan hal yang tidak kalian duga dan
menurut saya sebenarnya tidak terlalu buruk, kemudian kalian mengecap saya
sebagai orang yang jelek, munafik, lebih rendah dari kalian? Hahaha…
Saya tidak pernah
menyalahkan atas apapun penilaian kalian terhadap saya. Kalian bukan saya,
tidak menjalani apa yang saya jalani, tidak terlahir dengan kondisi seperti apa
saya dilahirkan, tidak dibesarkan oleh orangtua yang sama, tidak tumbuh di
lingkungan yang sama. Hal yang sangat sesalkan adalah… bagaimana mungkin kalian
menilai saya, dengan sudut pandang yang begitu terbatas.
Hidup ini bukan hitam dan
putih, tapi abu-abu. Biar saya ceritakan sedikit pengalaman saya dengan
beberapa orang yang saya kenal.
Orang pertama… seorang
kepala keluarga, pemabuk dan suka menyelundupkan barang dari tempat kerjanya.
Korup. Saya mengenalnya dengan cukup baik… kami tinggal dalam satu atap selama
setidaknya satu bulan. Namun dari interaksi yang saya dapatkan, dia hanyalah
seorang bapak yang kelelalan bekerja jauh dari keluarganya. Bagaimana mungkin
saya menilai dia buruk saat dia mabuk didepan saya, sedangkan beberpa jam
sebelumnya saya menyaksikan dia bekerja dengan keras dan tanpa mengeluh
sedikitpun. Demi istrinya, demi anaknya. Dan dia juga seorang teman yang baik.
Orang kedua… seorang
single, gila, pecandu sabu, dan tanpa pekerjaan. Setiap hari setidaknya ada
satu lagu yang dia bawakan dengan gitar kesayangannya saat kami bertemu. Karena
dia tidak memiliki pekerjaan, jadi setiap hari kerjanya nongkrong di warung
kopi sambil berdendang. Saat itu saya sedang liburan, jadi kami sering bertemu.
Usianya sama seperti saya, saya kuliah dan melakukan sesuatu setiap hari, entah
apa yang selama ini dia lakukan. Tapi taukah kamu, bahwa dia tak pernah
mengenal ayah seumur hidupnya. Tidak pernah merokok sebelumnya apalagi sampai
menjadi pecandu narkoba, sampai ibunya wafat pada usianya yang ke 15 tahun. Ya,
yatim piatu. Sejak saat itu ia tinggal bersama seorang paman yang bisa dibilang
tidak terlalu menghiraukan keberadaannya. Masih terlihat gurat seorang bocah
yang kebingungan saat dia mendendangkan sebuah lagu dengan mimik wajah –seolah-
bahagia. Entah apa yang terjadi jika saya berada di posisinya saat ini.
Orang terakhir…. Seorang
kepala keluarga, pemabuk, pejudi, suka main perempuan. Bukan contoh yang baik
bagi siapapun. Jika diperhatikan dari luar, keluarganya tampak berantakan.
Tidak ada harmonisasi rumah tangga sama sekali, dan juga tidak dalam kondisi
ekonomi yang bagus. Namun entah mengapa perhatian saya tertuju pada kondisi
pernikahannya yang saya tafsir saat ini sudah mencapai puluhan tahun dan tetap
utuh. Anak-anaknya tumbuh menjadi orang yang baik dan sama sekali tidak seperti
dirinya. Malahan dia mampu menyekolahkan mereka lebih tinggi dari apa yang saya
duga selama ini. jujur untuk yang satu ini, dulu saya sudah memberikan
penilaian padanya. Betapa saat ini saya menyadari saya tidak mengetahui apapun
yang terjadi di dalam keluarga tersebut. Saya tidak tau apa-apa tentang kepala
keluarga mereka yang telah membimbing keluarganya jauh berbeda dari jalan yang
sepengetahuan saya, dia jalani selama ini. lurus.. maju.
Ketiga orang tersebut
memberikan saya pelajaran yang begitu berharga dalam hidup. yaitu siapa diri
ini yang beraninya menilai orang lain. Semua orang memiliki bagian
masing-masing dalam hidup, saya boleh menyukai atau tidak menyukai orang lain
dengan cara yang sopan dan wajar. Tapi menilai baik, atau buruknya seseorang?
Saya tidak pernah dan tidak akan pernah mampu.
Guys… kalian mungkin tau
nama saya, panggilan, nomor telepon atau tanggal lahir, tapi siapa saya dan apa
yang telah saya lihat? Apa yang telah saya lalui? Tidak ada yang tau kecuali
Allah dan diri saya sendiri. Tidak bahkan orang tua saya, benar-benar mengerti
apa yang telah saya pelajari dari semua riuhnya dunia ini. siapa kalian?
seorang hakim?
If you really understand….
And even if you are not, please… DON’T PLAY WITH JUDGMENT.
Ps: jika bermurah hati. Tolonglah. Jika tidak, tinggalkan. Namun berhati-hati pada hati. Terkadang ia menipu. Seolah ingin mengangkat, namun ternyata merendahkan.
ReplyDelete